Ternyata tidak gampang memblokir situs porno atau negatif. Onno W. Purbo, pengamat teknologi dan informatika, punya contoh kasus di Institut Teknologi Bandung. Perguruan tinggi terkenal ini harus merogoh kantong Rp 30 juta untuk memblokir 1.000 penggunanya.
Suatu ketika Onno pernah mencoba memblokir dari komputernya yang Pentium 4 dengan memasukkan 2 juta situs porno. Tidak berapa lama, Internet dan komputernya langsung hang. "Butuh waktu, kesiapan semua pihak, dan infrastruktur yang memadai. Jika tidak, akan berdampak serius terhadap bisnis Internet di Indonesia," kata doktor bidang teknologi informasi ini. Mempunyai maksud baik, kata Onno, tidak cukup, tapi harus menyediakan perangkat dan infrastruktur yang memadai.
Teknologi pemblokiran baik di komputer, admin atau Proxy, dan di penyedia jasa Internet memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut Onno, sangat sulit memblokir sampai 100 persen karena membutuhkan dana, tenaga, dan perangkat yang mahal. Padahal, dari data International Telecommunication Union (ITU), situs pornografi mencapai 400 juta dan setiap tahun meningkat sebanyak 1 juta situs.
Menurut dia, teknologi yang paling efektif dan efisien dengan memblokir dari laptop atau komputer pengguna. Maklum, butuh dana besar untuk memblokir di tingkat penyedia jasa Internet, yang jumlah penggunanya sangat besar.
Selain itu, butuh teknologi yang tepat agar tidak menyebabkan salah blokir atau menurunnya kecepatan Internet dan performa Internet serta merugikan pelanggan. Pemerintah juga harus menyediakan saluran kepada masyarakat untuk pengaduan dan mekanisme mencari solusi yang tepat jika ditemukan situs yang belum terblokir.
Beban pemblokiran pun, kata Onno, seharusnya jangan dibebankan kepada penyedia jasa Internet. Dia meminta pemerintah dan masyarakat juga terlibat dan menyediakan solusi yang tepat. "Mereka akan kelimpungan, belum lagi harus mendapat keuntungan dari bisnis jasa Internetnya," ujar Onno.
Onno mengatakan usul pemblokiran saat ini diprioritaskan pada sekolah dan perkantoran, serta ada pembelajaran Internet di sekolah tanpa terhubung dengan dunia maya. Menurut dia, ada aplikasi dan sistem operasi seperti school on offline.
Dari aplikasi ini, para pelajar bisa mempelajari web serta belajar ngeblog dan e-mail tanpa harus khawatir terpapar pornografi. "Sebenarnya teknologi filter yang paling efektif, ya, akhlak," ujar Onno sambil tertawa renyah.
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/08/22/brk,20100822-272988,id.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar