Masyarakat nelayan di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Tuban kemarin (22/9) menggelar sedekah laut. Prosesi spiritual yang kental dengan nuansa adat tersebut sebagai wujud terima kasih nelayan terhadap Tuhan atas hasil laut yang melimpah.
Acara sedekah yang berlangsung sekitar pukul 09.00 itu, dimulai dengan pemasangan kepala sapi pada sebuah tonggak dari bogor atau pohon kelapa di pantai. Tonggak bogor tersebut diyakini masyarakat setempat sebagai Kiai Mancung, semacam punden.
Setelah pemancangan kepala sapi, acara dilanjutkan dengan melarung atau menghanyutkan sesaji pada sebuah perahu kecil dari steringfoam. Sesaji bernama bekakak tersebut berisi boneka sepasang laki-laki dan perempuan, ayam bakar, pisang raja satu cengkeh, tumpeng, dan sebuah nampan berisi aneka bunga serta bumbu dapur. Juga, dua dayung kecil dan ikan mainan.
Sebelum sesaji dilepas di tengah laut, Sutain, tokoh adat masyarakat setempat, memimpin doa yang diikuti seluruh nelayan dan masyarakat yang menyaksikan. Setelah doa dipanjatkan, bekakak dimuat perahu besar dan dihias bendera paling meriah.
Ketika perahu pembawa ubo-rampe larung sesaji tersebut melaut, puluhan perahu yang juga dihias dengan bendera dan panjangan warna-warni ikut mengiringi. Prosesi pelepasan tersebut dipimpin Kasminah. Akhir dari sedekah laut tersebut ditutup dengan hiburan dangdut.
Kasminah mengatakan, sesaji yang dilepas mewakili semua simbol kehidupan manusia. ''Tidak hanya kecukupan pangan, tapi juga sandang dan papan,'' kata dia berfilosofi.
Abdul Muin, koordinator lapangan sedekah laut mengatakan, acara tersebut berlangsung turun-temurun. Tujuannya, menyampaikan terima kasih kepada penguasa laut (Tuhan) yang telah memberikan ikan yang melimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar