Final ideal tercipta di Copa del Rey. Dua tim terbaik di tanah Spanyol, Real Madrid dan Barcelona akan bertarung di partai puncak setelah menyingkirkan lawan-lawannya di semifinal. Real menyisihkan Sevilla dan Barca melibas Almeria.
Ya, ini akan menjadi el clasico keenam di final Copa del Rey. Bentrok antara dua tim yang memiliki sejarah rivalitas yang panas dan panjang itu sudah lama tidak terjadi di final. Kali terakhir terjadi pada 21 tahun lalu, tepatnya di edisi 1990.
Tentu saja inilah final impian yang dinantikan pecinta sepak bola Spanyol. Apalagi, di Liga Primera Spanyol, kedua tim juga sedang bersaing ketat untuk menjadi yang terbaik. Barca masih memimpin dengan 58 poin dan Real menguntit di posisi kedua dengan 51 poin.
“Menyenangkan melihat dua rival abadi bertarung di final. Tanggal 20 April memang agak aneh untuk laga final. Kami akan fokus di Copa dan juga laga lainnya. Yang terpenting kami tidak kehilangan kontrol,” bilang Jose Mourinho, pelatih Real, kepada Marca.
Menarik dinanti tim manakah yang lebih baik. Dari faktor tradisi, Barca lebih bagus. Mereka 34 kali menembus final dan 25 kali menjadi juara, sedangkan Real sudah 39 kali tampil di partai puncak dan hanya 17 kali juara.
Selain itu, dalam lima el clasico terakhir di final Copa del Rey, Barca lebih unggul. Tiga kali mereka menang, yakni pada edisi 1968, 1983, dan 1990, kemudian Real dua kali menang pada edisi 1936 dan 1974. Namun, kubu Real belum terlalu memikirkan final.
”Perjalanan kompetisi masih panjang, belum saatnya memikirkan el clasico. Lebih baik kami fokus pada pertandingan berikutnya dan terus menunjukkan performa terbaik,” bilang Xabi Alonso, gelandang Real, seperti dilansir El Mundo.
Dari kubu Barca, bersua dengan rival abadinya sangat dinanti. ”Kami pantas untuk melaju ke final dan memenangkannya. Dalam tiga tahun terakhir kami terus menjaga konsistensi dan kami masih haus kemenangan,” kata Josep Guardiola, pelatih Barca, kepada AS.
Sukses Real melaju ke final terjadi setelah mereka menang 2-0 (0-0) atas Sevilla pada leg kedua semifinal dinihari kemarin. Dengan begitu, Real unggul agregat secara telak 3-0. Mesut Oezil dan Emmanuel Adebayor menjadi penentu dengan golnya di menit ke-82 dan 90.
Bila Real masih mendapat perlawanan berat dari Sevilla, Barca tanpa kesulitan membantai Almeria. Mereka menang 3-0 (1-0) pada leg kedua. Mereka pun mencatat agregat 8-0, karena pada leg pertama Barca menang lima gol tanpa balas.
Meski menurunkan sebagian besar pemain pelapis di Estadio del Mediterraneo, tapi sulit bagi Almeria membendung Barca. Adriano membuka kemenangan dengan golnya di menit ke-35, disusul Thiago Alcantara (53’), dan Ibrahim Afellay (67’).
Afellay yang bermain penuh selama 90 menit menjadi sorotan karena performa menawannya. ”Afellay memberikan tambahan opsi. Dia pemain yang bagus dan bisa memberikan dampak besar dalam pertandingan,” puji Andoni Zubizaretta, direktur teknik Barca.
DERBI "El Clasico" antara Real Madrid dan Barcelona dianggap salah satu derbi terbesar dan terpanas sedunia. Keduanya klub terkaya, juga puya persaingan panas secara permainan, sosial, bahkan politik.
BalasHapusLatar belakang masa lalu tak pernah bisa dilepaskan dari partai ini. Madrid dianggap representasi kerajaan atau pemerintah di bawah Jenderal Franco. Sementara Barcelona dianggap pemberontak dan jadi representasi semangat separatisme Catalan.
Musim ini, mereka terlibat lebih banyak dalam "El Clasico". Selain dua kali pertandingan di Liga BBVA, mereka juga bertemu di final Copa del Rey dan dua kali bertemu di semifinal Liga Champions.
Di Liga BBVA, Madrid kalah 0-5 di Camp Nou dan seri 1-1 di Santiago Bernabeu. Namun, hasil buruk itu terbayar setelah mereka juara Copa del Rey, menundukkan Barca 1-0. Lalu bagaimana dengan du leg Liga Champions, Rabu atau Kamis (28/4/2011) dini hari WIB dan 3 Mei mendatang? Yang pasti tetap panas dan ketat.
Berikut ada lima hal yang menyangkut kedua klub tersebut.
1. Cules dan Merengues Suporter Barcelona sering disebut Cules, sedangkan Real Madrid terkenal dengan sebutah Merengues. Kenapa bisa?
BalasHapusSaat Barcelona masih bermain di Stadion Calle Industria, penonton berjubel melebihi kapasitas. Sehingga, banyak yng duduk di tembok stadion yang mengelilingi lapangan. Orang-orang yang lewat hanya bisa melihat pantat-pantat dan punggung mereka. Maka, suporter Barcelona pun akhirnya populer dengan sebutan Cules yang dalam bahasa Catalan berarti pantat.
Sedangkan Madrid identik dengan warna serbaputih. Mereka pun disebut Merengues, karena mengingatkan puding yang dibuat dari putih telur dan gula yang bernama "Meringues".
2. El Cangelo de Barcelona Pada tahun-tahun terakhir, media Madrid sering menyebut Barcelona menjadi korban teror Madrid. Mereka seolah ketakutan hingga seperti kaku, karena Madrid bisa tiba-tiba menyerobot gelar juara.
Tahun 2007, Barcelona memimpin sejak awal kompetisi. Namun, tim yang waktu itu ditangani Fabio Capello itu sukses merebut gelar di saat-saat akhir. Musim ini, media Madrid juga sering menyebut Barcelona "El Canguelo" yang berarti mayat kaku (saking takutnya), karena Madrid akan terus menteror mereka untuk merebut gelar. Dalam dual Liga Chamions, media di Madrid sering menggunakan istilah "Eurocanguelo".
3. La Manita Kemenangan Barcelona 5-0 atas Madrid pada pertemuan pertama Liga BBVA 2010-11, November lalu, membuat para penonton melambaikan tangan dengan lima jari terbuka. Mereka ingin menegaskan kemenangan 5-0 yang sangat berarti.
Maka, kemudian muncullan istilah "La Manita" yang berarti tangan kecil. Istilah itu sering dimunculkan media Barcelona sebagai ejekan kepada Madrid. Jika pada akhir kompetisi Liga BBVA kedua tim memiliki nilai sama, maka Barcelona akan tampil sebagai juara. Sebab, Barca unggul head to head 6-1, setelah pada pertemuan kedua di Santiago Bernabeu berakhir 1-1.
4. Villarato Teori konspirasi menyangkut "El Clasico" tak pernah reda dalam sejarah persaingan Barcelona dan Real Madrid. Dulu, Madrid dianggap selalu dibela, terutama oleh wasit, karena pengaruh penguasa Jenderal Franco yang mencintai Madrid. Kini, giliran Barcelona yang dituduh menjadi tim yang selalu dibela.
IStilah Villarato muncul sebagai plesetan nama Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), Angel Maria Villar. Barcelona sangat mendukung Villar untuk menjadi Presiden RFEF lagi, sementara Madrid menentangnya. Villar tetap berkuasa dan Madrid menuduhnya sering membantu Barcelona lewat pemilihan wasit. Pelatih Real Madrid, ose Mourinho, pernah menyinggung hal ini.
5. Mes que un club Barcelona memiliki slogan "More than a club" (Lebih dari sekadar klub sepak bola). Sikap ini membuat "El Clasico" juga jadi dianggap lebih dari sekadar pertandingan sepak bola. Apalagi, Barca adalah simbol Catalan yang selalu ingin merdeka. Bahkan, Catalan punya timnas sepak bola sendiri dan lagu kebangsaan sendiri.
Bahkan, masih sering dijumpai, pendukung Barcelona membentangkan spanduk berbunyi, "Catalonia is not Spain". Mereka tak mau mengakui sebagai bagian dari Spanyol. Mereka juga serinig menyanyikan lagu kebangsaan Catalan setiap bertemu Madrid.
Suporter Madrid biasanya akan merespons dengan menyanyikan lagu kebangsaan Spanyol, "Que Viva Espana". Perang lagu kebangsaan ini juga terjadi pada final Cpa del Rey di Stadion Mestalla baru lalu.