loading...

Raja Teh Dunia Yang Tak Punya Kebun Teh

Pada Kamis lalu, Jakarta disinggahi tamu penting, yakni raja teh dari Inggris, Stephen H.B. Twining. Ia adalah generasi ke-sepuluh dari keluarga Twinings asal Inggris, yang terkenal dengan bisnis teh terkemuka dunia dan telah berdiri lebih dari 300 tahun.

"Saya datang ke Jakarta untuk berbagi ilmu, keahlian, dan seni membuat secangkir teh Twinings yang sempurna," ujarnya dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, 30 April 2010.

Twinings dikenal sebagai perusahaan yang mempopulerkan tradisi minum teh di Inggris yakni pada 1706, saat Thomas Twining mendobrak tradisi minum bir masyarakat Inggris dan mulai menjual teh dari sebuah kedai yang baru dibelinya di London.

Kini, Twinings merupakan merek minuman teh terkemuka di dunia. Menurut Euromonitor, Twinings menempati peringkat kedua dunia dengan menguasai pangsa 4,2 persen pasar teh dunia.

Produk besutan Twinings kini dijual di 115 negara, tak terkecuali di Indonesia. Perusahaan ini telah menciptakan lebih dari 200 varian teh, termasuk dua varian yang populer, yaitu English Breakfast Tea dan Earl Grey Tea. Kini berbagai pilihan citarasa teh ditawarkan sesuai selera, perasaan (mood) ataupun sesuai acara yang diselenggarakan.

Uniknya, meski jadi raja teh dunia, Twinings tidak pernah memiliki perkebunan teh sendiri. Twinings bekerja sama dan sangat dekat dengan para produsen teh-nya yang tersebar di Kenya, India, Sri Lanka, Indonesia, Jepang, China dan Vietnam.

“Kami hanya membeli teh dari pemilik perkebunan yang memenuhi kriteria etika yang telah ditetapkan,” ujar Stephen.

Twinings memang salah satu anggota yang membentuk Ethical Sourcing Partnership. Ini sebuah organisasi yang beranggotakan para perusahaan teh besar yang memantau masalah etika dan kondisi sosial dari perkebunan teh yang menjadi produsen mereka.

Twinings juga dikenal mempopulerkan tradisi minum teh kepada kalangan aristrokrat dan elit politik Inggris. “Kami tidak sekedar menawarkan ragam rasa teh bagi konsumen, namun juga memberikan perhatian mulai dari bagaimana teh disiapkan dan bagaimana selera teh dapat berbeda bagi setiap orang," kata Stephen.

Citra kontemporer yang melekat pada Inggris serta keunikan dalam hal rasa, aroma, dan warna dikembangkan oleh Twinings pada setiap momen penting dalam kehidupan konsumennya sehari-hari.

"Inilah rahasia sukses kami sehingga berhasil bertahan selama lebih dari 300 tahun,” tutur Stephen berbagi tips.

Seiring dengan perkembangan gaya hidup dan kesadaran masyarakat akan manfaat teh bagi kesehatan, permintaan teh di pasar internasional juga mengalami peningkatan; yakni untuk teh hitam standar meningkat 40%, teh hijau (23%), teh herbal/buah (17%), teh hitam spesial (16%), teh instan (1%) dan teh lainnya (3%).


Sumber : http://bisnis.vivanews.com/news/read/148014-raja_teh_dunia_yang_tak_punya_kebun_teh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar