Kebahagiaan pasutri Syaiful (34) dan Tusriyah (30) karena keluarganya pulang haji dalam keadaan sehat, berbalik menjadi kesedihan, setelah putra mereka tewas terkurung dalam mobil.
Tragedi keluarga yang menimpa pasangan warga Kampung Sumber Wangi 1, Desa Bandaran, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan itu terjadi pada Kamis (2/12) siang. Sebelumnya, Syaiful dan Tusriyah menjemput kakaknya, H Denis dan Hj Nur Aini di asrama Haji Sukolilo Surabaya setelah pulang dari Tanah Suci.
Dalam perjalanan dari Surabaya ke Pamekasan, mereka naik Suzuki APV Arena L 1786 WF sewaan yang dikemudikan Syaiful. Dalam perjalanan, Denis dan istrinya duduk di jok tengah, sedangkan Rico Patrio (4), putra sulung Syaiful duduk di jok belakang bersama ibu dan barang-barang bawaan. Beberapa waktu menjelang tiba, Rico sudah tertidur.
Keluarga yang diselimuti kebahagiaan itu langsung berhamburan turun begitu mobil berhenti di depan rumah sekitar pukul 08.00 WIB. Apalagi, di depan rumah sudah banyak kerabat dan tetangga yang menyambut. Kemungkinan besar, orang-orang dewasa itu lupa bahwa Rico tertinggal di mobil yang diparkir 50 meter dari rumah dan kemudian dikunci. Suasana di rumah itu sangat ramai karena banyak sekali keluarga yang berkumpul di tempat itu. Apalagi, rumah Syaiful dan Nur Aini berdampingan. Di kedua rumah itu digelar karpet dan dipasangi tenda agar teduh.
Beberapa saat setelah turun, H Denis minta barang-barangnya yang masih di mobil diturunkan. Namun, karena terlalu gembira, tidak ada satu pun dari mereka yang menghiraukan permintaan Denis. Yang bersangkutan pun agaknya tidak memaksa menurunkan barang bawaannya.
Tiga jam kemudian, sekitar pukul 11.00 WIB, pemilik mobil menelepon Syaiful dan minta mobil itu segera dikembalikan karena segera digunakan penyewa lain, juga menjemput jemaah haji di Sukolilo. Bapak dua anak itu pun bergegas ke mobil untuk menurunkan barang-barang bawaannya.
Namun, ia tersentak, begitu mendapati tubuh anaknya tergeletak di kursi belakang, bocah itu sudah tidak bergerak dan tubuhnya membiru. Upaya Syaiful membangunkan bocah itu dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya tidak berhasil. Bocah itu bergeming.
Menyadari ada ketidakberesan, Syaiful pun menjerit histeris. Ia memanggil istri dan saudara-saudara lainnya. Dengan wajah pucat dan panik, Syaiful membawa Rico ke Puskesmas Tlanakan yang jaraknya kira-kira 100 meter dari lokasi. Dengan harapan, Rico bisa dibangunkan di situ.
Upaya itu tidak menolong. Prosedur penyelamatan dengan memberikan oksigen pun tidak berhasil. Kepala Puskesmas Tlanakan, dr Ary Yanuar R, mengatakan, saat korban dibawa ke puskesmas, sudah dalam keadaan meninggal. Ia menduga Rico mengalami kekurangan oksigen.
Mendengar kenyataan itu, Syaiful dan istrinya pun langsung jatuh lemas. Tusriyah meraung-raung memanggil-manggil nama anaknya lalu pingsan tak sadarkan diri.
Kondisi yang tak jauh berbeda pun ditunjukkan Syaiful. Ia terus menangis dan kadang-kadang meronta meski tidak ada yang membelenggunya. Sambil terisak, ia mengaku berdosa karena meninggalkan anaknya di dalam mobil yang tertutup dan di bawah terik matahari.
“Yang saya pikirkan, kemarin (Rabu, 1/12) malam, sebelum berangkat ke Surabaya, Rico minta dibelikan salak pondoh Jogja dan mobil-mobilan. Kedua permintaan itu belum sempat saya penuhi,” kata Syaiful kepada Surya.
Kapolsek Tlanakan AKP Bambang Sugiharto saat diminta komentarnya, mengaku belum bisa memastikan penyebab kematian korban. Begitu juga dengan apakah Rico masuk lagi ke dalam mobil atau memang benar-benar tertinggal di dalam mobil.
“Saya masih mengumpulkan sejumlah keterangan dari saksi. Sementara kedua orangtua korban belum bisa kami mintai keterangan, karena sedang berduka,” kata Bambang.
Ketika Surya mencoba berbincang dengan keluarga korban, Salam, tetangga Syaiful, menghalangi dan minta wartawan tidak memperpanjang masalah. Lalu, Salam mendesak sejumlah pemuda dan pelayat segera bergerak ke pemakaman. “Ayo semua berangkat ke kuburan, buat apa bergerombol di sini,” katanya.
Knalpot bocor
Sementara itu, Kepala Instalasi Forensik RSU Dr Soetomo dr H Agus Mochamad Algozi SpF (K) menduga, ada kebocoran pipa selang di antara mesin dan knalpot. “Kasus meninggalnya seseorang di dalam mobil yang tertutup, mayoritas terjadi saat kondisi mesin menyala, penyejuk udara di mobil menyala, sementara kondisi dalam mobil tertutup. Tapi, bila kondisi mesin dan penyejuk udara mati, sementara kondisi mobil tertutup, patut diduga ada kebocoran,” jelas dr Agus kepada Surya semalam.
Ia menjelaskan, kebocoran itu menyebabkan CO (karbon monoksida) hasil pembakaran masuk ke kabin kendaraan. Menurutnya, gas CO yang beracun itu bisa masuk hingga beberapa menit setelah mesin mobil dimatikan.
Meski dalam waktu singkat, gas CO yang terhirup bisa meracuni paru-paru. Keadaan menjadi lebih parah bila kabin mobil dalam keadaan tertutup seperti yang dialami Rico.
Agus menambahkan, keadaan yang sama buruknya bisa juga terjadi apabila mesin dan penyejuk ruangan (AC) dalam keadaan menyala. Dalam kondisi ini, gas yang beredar di dalam kabin adalah CO dan CO2 (karbondioksida). Daya dan waktu peracunan yang dihasilkan pun hampir sama dengan bila di kabin hanya ada CO.
Soal kondisi Riko yang ditemukan sudah membiru, Agus menduga, bocah sudah meninggal selama 30 menit hingga 1 jam. ”Bila ditemukan sudah kaku, berarti antara 1 hingga 2 jam ia tewas,” ungkap dosen di Fakultas Kedokteran Unair itu.
Agus pun berbagi tips bagi orangtua yang terpaksa beristirahat atau meninggalkan anaknya di dalam mobil, yaitu dengan membuka jendela cukup lebar agar ada oksigen masuk ke kabin.
”Kalaupun perlu pakai penyejuk udara, tetap harus membuka celah pada jendela, agar ada oksigen masuk dan CO-nya keluar,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar