Filipina merupakan kejutan utama di Piala AFF tahun ini. Bagaimana tidak, negara kepulauan ini sebelumnya tak memiliki sejarah bagus di sepak bola Asia Tenggara. Namun, siapa sangka, pada perhelatan kali ini Filipina sukses melesat ke semifinal tanpa menelan kekalahan sekali pun. Apa sebenarnya kunci kekuatan Filipina?
Pemain tim nasional Filipina merayakan keberhasilan mereka menembus babak semifinal piala AFF 2010, setelah berhasil menahan imbang Myanmar dalam pertandingan di Nam Dinh, Vietnam, 8 Desember lalu.
Jawabannya hanya satu, yakni naturalisasi. Bayangkan saja, dari 11 pemain inti di lapangan, 9 di antaranya merupakan pemain blasteran. Gilanya lagi, tiga pemain intinya pernah menimba ilmu di akademi sepak bola Chelsea.
Ke-9 pemain ini memang memiliki darah Filipina, tetapi lahir dan besar di luar negeri. Tentu yang menjadi pertanyaan kita adalah kenapa Filipina begitu mudahnya diperkuat pemain naturalisasi? Jawabannya adalah karena hukum di negara tersebut memperbolehkan warganya memiliki dua kewarganegaraan sekaligus.
Jadi, Federasi Sepak Bola Argentina tinggal mengajak pemain-pemain blasteran ini bermain di tim nasional mereka tanpa harus melepas kewarganegaraan asli milik pemain-pemain itu.
Mari kita mulai satu per satu. Kiper Filipina, Neil Etheridge, merupakan kiper cadangan klub papan tengah Premier League, Fulham. Etheridge sebenarnya sempat membela timnas Inggris U-16, tetapi pada akhirnya memilih membela tim nasional senior Filipina karena bujukan Federasi Sepak bola Filipina.
Etheridge merupakan salah satu kunci pertahanan Filipina begitu kuat. Bayangkan saja, dalam tiga laga di penyisihan Grup B, gawang Etheridge hanya kebobolan satu kali. Juara bertahan sekaligus tuan rumah sekelas Vietnam bahkan tak mampu menembus jala Etheridge.
Berikutnya ada kapten Alexander Borromeo. Pria 27 tahun ini merupakan sosok pemimpin sejati di lini belakang. Ia lahir di Amerika Serikat dan sudah memperkuat Filipina sejak 2004 lalu.
Selain Borromeo dan Etheridge, alasan kenapa Filipina begitu kuat di pertahanan adalah karena peran tiga bek naturalisasi lainnya, yakni Rob Gier, Ray Anthony Jonsson, dan Anton del Rosario. Perpaduan ketiganya membuat pertahanan Filipina begitu perkasa.
Gier dibesarkan di Inggris dan sepanjang kariernya bermain sepak bola di negara tersebut meski hanya sebatas liga amatir. Sementara Johnson sebenarnya sudah cukup tua. Pemain kelahiran Eslandia ini sudah memasuki usia 31 tahun. Kendati demikian, ia cukup lugas di lini belakang dan sejauh ini performanya sangat memuaskan Pelatih Simon McMenemy. Adapun Del Rosario lahir di Amerika Serikat. Kini ia bermain di Liga Filipina dan telah mengoleksi 28 caps bersama negaranya.
Dari empat pemain inti di lini tengah, tiga di antaranya merupakan pemain naturalisasi, yakni James Younghusband, Jason de Jong, dan Christopher Greatwich.
Sama seperti Etheridge, Younghusband juga pernah menimba ilmu di Akademi Sepak Bola Chelsea. Hingga tahun 2006 ia masih bermain di tim yunior "The Blues". Younghusband merupakan mesin serangan Filipina.
Selanjutnya ada Jason de Jong yang telah memperkuat Filipina sejak dua tahun lalu. De Jong kini telah memiliki 11 caps. Ia saat ini bermain di Veendam, klub Divisi Dua Liga Belanda.
Lalu ada Christopher Greatwich. Pria 27 tahun ini bermain di Morris County Colonials, klub amatir MLS. Greatwich dikenal sebagai gelandang haus gol. Dari 24 pertandingan internasionalnya, Greatwich sudah membukukan lima gol.
Terakhir dan yang paling berbahaya adalah Phil Younghusband. Pemain ini memiliki naluri gol yang sangat tinggi. Younghusband pernah menjadi pencetak gol terbanyak tim remaja Chelsea, 2005 lalu. Torehan golnya bersama Filipina juga tergolong impresif. Dalam 27 pertandingan, Younghusband sanggup mencetak 12 gol. Ini merupakan rekor yang bagus mengingat usia Younghusband baru memasuki 23 tahun. (bola.kompas)
garudaaaa!!!!!!!!!!
BalasHapushttp://dokterkulitbandung.com/